Siang itu, Jalan Kapten Mulyadi mendadak menjadi
lautan manusia. Ribuan umat menyemut di bawah terik mentari di kawasan
Masjid Ar Riyadh, Pasar Kliwon, Solo, Selasa (13/3/2012). Mereka yang
datang dari berbagai penjuru wilayah di Tanah Air itu bukan karena
sebuah kepentingan sesaat atau materi. Melainkan, karena perasaan cinta
yang dalam kepada orang-orang saleh pewaris para Nabi. “Dan orang-orang
saleh seperti Habib Ali Bin Muhammd Al Habysi adalah pelita. Meski ia
telah tiada, namun cahayanya tetap menerangi ribuan manusia” kata Habib
Musthofa Mulahela, salah satu panitia Haul Habib Ali bin Muhammad Al
Habsyi.
Ya, rasa cinta itulah yang menggerakkan langkah ribuan umat. Tiap
tanggal 20 Rabiultsani berdasarkan kalender Islam, mereka datang
berduyun-duyun meski tanpa undangan, tanpa pengumuman, dan tanpa pamrih
apapun. Dan Masjid Ar Riyadh Solo adalah saksi sejarah betapa akhak
mulia yang diwariskan Habib Anis bin Alwi bin Ali Al Habsyi selama
hayatnya tetap lestari hingga sekarang. “Selama hidupnya, Habib Anis tak
menyediakan waktu untuk dirinya selain untuk kepentingan umatnya.
Siapapun tamu yang datang, meski malam-malam sekalipun, ia tak pernah
menolaknya,” sambung Musthofa.
Habib Anis dan Ayahnya, Habib Alwi memulai ajaran akhlaknya di
Zawiyah, sebuah tempat di sisi utara masjid Ar Riyadh. Zawiyah sendiri
dulu dikenal para sufi sebagai tempat menempa diri untuk menuju
kesempurnaan akhlak seperti yang diajarkan Nabi Muhammad SAW. ”Di tempat
inilah, Habib Anis tekun mengajarkan berbagai kitab kepada masyarakat
sekitar. Salah satunya ialah Ihya’ Ulumuddin,” kisahnya.
Akhlak, sebagaimana yang diajarkan Habib Anis adalah puncak pendakian
dari risalah mulia para Nabi. Ia adalah ukuran kesalehan, bukti
keimanan, dan harkat seseorang. Ia melingkupi kejujuran, integritas,
keteguhan, amanah, kebijaksanaan, dan keadilan yang terangkum dalam
keutuhan manusia. ”Setinggi apapun ilmu seseorang, jika akhlaknya tak
mulia maka tak sempurnalah keimanannya,” lanjut Musthofa.
Kini, meski Habib Anis telah tiada, namun kemuliaan akhlaknya seakan
terus berpendaran di setiap hati para pengikutnya. Ribuan umat yang
berbondong-bondong memperingati wafatnya setiap tahun, seakan
membuktikan bahwa Habib Anis tetap hidup di tengah-tengah kehidupan
mereka yang mendamba air kesejukannya.
Posting Komentar
Berkomentar lah Untuk menjadikan ini lebih baik