HAUL Habib Ali bin Muhammad Al Habsyi

Minggu, 21 April 20130 komentar

Siang itu, Jalan Kapten Mulyadi mendadak menjadi lautan manusia. Ribuan umat menyemut di bawah terik mentari di kawasan Masjid Ar Riyadh, Pasar Kliwon, Solo, Selasa (13/3/2012). Mereka yang datang dari berbagai penjuru wilayah di Tanah Air itu bukan karena sebuah kepentingan sesaat atau materi. Melainkan, karena perasaan cinta yang dalam kepada orang-orang saleh pewaris para Nabi. “Dan orang-orang saleh seperti Habib Ali Bin Muhammd Al Habysi adalah pelita. Meski ia telah tiada, namun cahayanya tetap menerangi ribuan manusia” kata Habib Musthofa Mulahela, salah satu panitia Haul Habib Ali bin Muhammad Al Habsyi.
Ya, rasa cinta itulah yang menggerakkan langkah ribuan umat. Tiap tanggal 20 Rabiultsani berdasarkan kalender Islam, mereka datang berduyun-duyun meski tanpa undangan, tanpa pengumuman, dan tanpa pamrih apapun. Dan Masjid Ar Riyadh Solo adalah saksi sejarah betapa akhak mulia yang diwariskan Habib Anis bin Alwi bin Ali Al Habsyi selama hayatnya tetap lestari hingga sekarang. “Selama hidupnya, Habib Anis tak menyediakan waktu untuk dirinya selain untuk kepentingan umatnya. Siapapun tamu yang datang, meski malam-malam sekalipun, ia tak pernah menolaknya,” sambung Musthofa.
Habib Anis dan Ayahnya, Habib Alwi memulai ajaran akhlaknya di Zawiyah, sebuah tempat di sisi utara masjid Ar Riyadh. Zawiyah sendiri dulu dikenal para sufi sebagai tempat menempa diri untuk menuju kesempurnaan akhlak seperti yang diajarkan Nabi Muhammad SAW. ”Di tempat inilah, Habib Anis tekun mengajarkan berbagai kitab kepada masyarakat sekitar. Salah satunya ialah Ihya’ Ulumuddin,” kisahnya.
Akhlak, sebagaimana yang diajarkan Habib Anis adalah puncak pendakian dari risalah mulia para Nabi. Ia adalah ukuran kesalehan, bukti keimanan, dan harkat seseorang. Ia melingkupi kejujuran, integritas, keteguhan, amanah, kebijaksanaan, dan keadilan yang terangkum dalam keutuhan manusia. ”Setinggi apapun ilmu seseorang, jika akhlaknya tak mulia maka tak sempurnalah keimanannya,” lanjut Musthofa.
Kini, meski Habib Anis telah tiada, namun kemuliaan akhlaknya seakan terus berpendaran di setiap hati para pengikutnya. Ribuan umat yang berbondong-bondong memperingati wafatnya setiap tahun, seakan membuktikan bahwa Habib Anis tetap hidup di tengah-tengah kehidupan mereka yang mendamba air kesejukannya.

Share this article :

Posting Komentar

Berkomentar lah Untuk menjadikan ini lebih baik

 
TEMPLATE ASWAJA| MADRASAH DINIYAH DAARUL FALAAH KARANGGAMBAS - All Rights Reserved
Supported : MADINATULIMAN.COM | Creating Website | Johny dan Mas Themes